Arsip Kategori: Sejarah

Rahasia Hidup Abadi Seorang Nicholas Flamel

Ketika mengetikan di Google tentang “Nicholas Flamel”, kebanyakan dari kita akan menemukan informasi tentang nama ini di Wikipedia. Dia dikenal sebagai seorang penerjemah dan penulis terkenal asal Perancis pada abad 17.

Dia dikenal sebagai seorang alkemis (alchemist). Alkemis adalah orang yang mempelajari alkimia, ilmu alkimia ini dipercaya sebagai dasar dari ilmu kimia modern. Ada 3 hal yang cukup terkenal dari alkimia yaitu batu filosofi, mengubah logam dan batu menjadi emas dan pertama serta ramuan hidup abadi.

Bagi kalian yang pernah membaca novel pertama dari Harry Potter atau serial Anime Fullmetal Alchemist, pastinya tidak begitu asing dengan hal-hal itu.

Pertanyaan besarnya, apakah Nicholas Flamel benar-benar nyata? Jawabannya IYA!


Nicholas Flamel benar-benar ada dan pernah hidup. Rumahnya masih bisa ditemukan di Paris yang saat ini sudah berubah menjadi sebuah restauran. Legenda mengatakan bahwa dia berhasil menemukan ramuan untuk hidup abadi dan masih hidup sampai saat ini.

Kenyataannya, dia meninggal pada 1418. Tapi, karena ada legenda yang mengatakan bahwa Flamel memiliki kekayaan berlimpah karena alkimia yang dipelajarinya. Ada sekelompok orang yang berusaha merampok makamnya, tapi jenazah Flamel tidak ada disana.

Lalu, apakah kematiannya direkayasa? Atau dia dikubur secara rahasia?? Entahlah!

Tulisan saya kali ini tidak akan mengungkapkan kebenaran tentang Nicholas Flamel tapi membahas sebuah buku fiksi yang menceritakan tentang dia.

Buku berjudul The Alchemyst karangan Michael Scott. Buku ini adalah seri pertama dari The Secret of the Immortal Nicholas Flamel. Buku ini terbilang sudah lama yaitu terbit pertama pada 2007. Dan seri terakhirnya baru terbit pada 2012 lalu.

Ceritanya saya jalan-jalan ke Gramedia sehabis Hari Raya Nyepi, karena tidak menemukan buku yang ficari. Akhirnya saya menjerumuskan diri ke bagian novel fiksi terjemahan. Kenapa?

Saya adalah orang yang menyukai cerita fiksi dan dipadukan dengan legenda, mitos dan urban legend. Setelah melihat-lihat, pilihan pun jatuh pada buku tadi, The Alchemyst.

Selain itu, saya tertarik dengan si penulis, Michael Scott. Setelah mencari-cari di internet, ternyata dia adalah penulis Irlandia yang memang terkenal sebagai “Raja Fiksi”, karya-karyanya memang bergaya penggabungan antara mitologi, legenda dengan fiksi. Pas banget. 

Kebetulan, saya belum selesai membaca buku ini. Kalau sudah selesai, pasti akan ada reviewnya di blog ini. Jadi tunggu saja. Sekian 😀

Bagaimana Teknologi Menarik Batu 100 ton Zaman Dulu di China?


Sedikit Informasi yang kita ketahui dari mahakarya arsitektur masa lampau yang didirikan di tengah keterbatasan teknologi dan ilmu pengetahuan. Tapi toh, mereka tetap kokoh hingga saat ini.

Ada saja yang menduga, campur tangan magis atau jin berperan. Benar atau tidak, itu soal lain. Namun, setiap manusia di segala zaman punya cara dan taktik sendiri. Seperti yang terungkap baru-baru ini pada bangunan yang relatif baru: Kota Terlarang (Forbidden City).

Terletak di jantung Kota Beijing, China, Kota Terlarang menjadi kediaman para Kaisar Tiongkok selama hampir 500 tahun. Dari Dinasti Ming dan Qing. Istana megah itu dibangun sejak 1406, terdiri dari 980 bangunan dan luasnya 720 ribu meter persegi. Butuh waktu 14 tahun dan keringat jutaan pekerja untuk mewujudkannya.
Meski kekaisaran telah runtuh, keberadaan kaum bangsawan tinggal masa lalu, istana tersebut tetap kokoh berdiri hingga kini. Menjadi landmark Beijing sekaligus destinasi wisata populer.
Dahulu kala, di masa pembangunannya, batu-batu raksasa ditambang dan dikirim ke lokasi Kota Terlarang di Abad ke-15 dan 16. Yang terbesar adalah Ukiran Batu Besar yang beratnya kini mencapai lebih dari 220 ton. Namun, dulu ia berbobot 330 ton, sebelum terkikis waktu.
Seperti dimuat Daily Mail, 5 November 2013, banyak batu besar berasal dari pertambangan yang berjarak 70 kilometer dari lokasi Kota Terlarang. Lalu bagaimana cara mengangkutnya?
       
Orang-orang di China telah mengenal dan mengembangkan teknologi roda sejak sekitar 1.500 tahun Sebelum Masehi. Namun, bukan itu juga jawabannya. Mereka punya cara yang lebih efisien.
Jiang Li, insinyur dari University of Science and Technology Beijing, menerjemahkan dokumen tua berusia 500 tahun, yang bertanggal 1557.
Naskah tua itu mengungkap, batu-batu besar berukuran panjang 9,5 meter dan berat 135 ton dipindahkan dengan cara ditarik di permukaan lapisan es selama musim dingin. Untuk mengetahui mengapa cara itu dipilih untuk menarik batu raksasa, 3.000 tahun setelah perkembangan roda, Li dan para koleganya membandingkan jumlah energi yang dikeluarkan.
“Awalnya kami tak yakin apa yang akan kami pelajari,” kata salah satu penulis studi, Howard Stone, insinyur dari Princeton University,  LiveScience.
Ahli bahkan berpendapat, cara itu lebih efisien daripada penggunaan kayu sebagai gelindingan– yang diyakini telah digunakan dalam pembangunan banyak monumen batu kuno. Pun dibanding penggunaan kereta kuda.
Sumur Tiap 500 Meter
Naskah kuno yang diterjemahkan Li mengungkap bagaimana para pekerja membentuk jaringan jalan dan sumur — yang digali setiap 500 meter, supaya airnya bisa dihangatkan lalu disiramkan ke lapisan es di musim dingin, untuk melicinkannya. Biar batu lebih gampang ditarik.
Musim dingin di Beijing 600 tahun lalu cukup dingin untuk membuat jalanan beku, namun es terlalu keras, sehingga diperlukan air hangat sebagai pelicin.
Para ilmuwan mengkalkulasi, dengan cara itu hanya dibutuhkan tenaga kerja berjumlah 46 orang untuk menarik batu seberat 123 ton dari tambang ke Forbidden City.
Jika tak memakai air hangat, dibutuhkan 338 orang. Lebih parah lagi, untuk menarik beban yang sama di atas permukaan tanah bebas es akan membutuhkan lebih dari 1.500 pria!
Para ilmuwan memperkirakan bahwa kecepatan rata-rata batu seberat 123 ton meluncur di es basah sekitar 8 centimeter per detik. Cukup cepat sebelum air pelicin ikut membeku. Para peneliti menduga, para pekerja saat itu lebih senang menggunakan cara itu dibanding kereta yang ditarik kuda atau keledai.
Apalagi, kereta beroda waktu tidak akan mampu mendukung berat batu-batu besar, yang maksimum hanya mampu menarik beban 95 ton.
Jalan es dan para pekerja juga lebih dapat diandalkan daripada keledai dan gerobak. Apalagi, para arsitek Kota Terlarang khawatir tentang nasib bahan bangunan yang berupa batu-batu mahal.
“Luar biasa jika memikirkan bahwa proyek sebesar ini terjadi 500 sampai 600 tahun lalu. Dengan perencanaan dan koordinasi matang yang diperlukan untuk mewujudkannya,” kata Stone.
Temuan Li, Stone, dan kolega mereka, Haosheng Chen dijelaskan secara detil dalam jurnal ilmiah,Proceedings of the National Academy of Sciences yang terbit 4 November 2013.

Ilmuwan Coba Ungkap Rahasia Inti Bumi

Selain memahami terbentuknya inti Bumi, temuan ini juga bisa digunakan mengetahui cara inti terluar berperan seperti geodynamo penghasil medan magnet.
Asal muasal medan magnet hingga kini tetap menjadi misteri bagi ilmuwan, ungkap penliti Jon Mound dari Leeds.
Ilmuwan tak bisa mendapat sampel inti Bumi, jadi mereka hanya bergantung pada pengukuran permukaan dan model komputer guna mengetahui yang terjadi di inti Bumi.
Bagian dalam inti Bumi berupa besi solid seukuran Bulan yang dikelilingi inti luar dinamis cairan besi-nikel yang menyebabkan sebagian inti besi membeku dan meleleh.
Panas menghilang ketika dingin mengalir dari inti ke mantel diteruskan ke kerak Bumi melalui proses konveksi. Arus konveksi menggerakkan mantel hangat ke permukaan dan mengirim mantel dingin kembali ke inti.
Gerakan inilah yang memberi daya ‘geodynamo’ untuk menghasilkan medan magnet. Model baru ini menyediakan penjelasan sederhana pada beberapa pengukuran yang membingungkan ilmuwan selama bertahun-tahun.

Struktur Internal Lapisan Bumi

Bumi terdiri dari empat lapisan konsentris: kerak bumi (crust), mantel (mantle), inti luar (outer core), dan inti bagian dalam (inner core). Kerak bumi terdiri dari lempeng tektonik yang berada dalam gerakan konstan. Gempa bumi dan gunung berapi yang paling mungkin terjadi pada batas lempeng kerak bumi.



bumi, geologi, sains, geografi


Strukur internal Bumi ditentukan dari deep drilling dan seismic evidence. Struktur internal Bumi terdiri dari empat lapisan yang berbeda:

Kerak Bumi (Crust)

Kerak Bumi adalah lapisan paling luar dan paling tipis. Mempunyai ketebalan antara 0-70 km. Kerak bumi adalah lapisan batuan padat di mana kita hidup.
Ada dua jenis kerak bumi: kerak benua dan kerak samudera. Ketebalan kerak samudera adalah 5-10 km dengan penyusun utamanya basalt. Sedangkan, rata-rata ketebalan kerak benua sekitar 20-40 km, dan bisa mencapai 70 km ketebalannya jika terletak pada baris pegunungan. Penyusun utama kerak benua adalah granite.

Mantle

Mantel adalah bagian terluas dari Bumi dan berada di bawah langsung dari kerak bumi, yang memiliki ketebalan sekitar 2.900 km dan menyusun 80% volume Bumi. Mantel ini terdiri dari batuan semi-cair yang disebut magma. Di bagian atas mantel adalah batuan keras, tapi bagian bawahnya batuan lembut dan mencair. Meskipun senyawa kimia seluruh mantel sama, namun suhu dan tekanan meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Perubahan suhu dan tekanan ini menyebabkan kekuatan batuan mantel berubah-ubah terhadap kedalaman sehingga membuat layering di dalam mantel. Mantel terdiri dari upper mantle dan lower mantle. Upper mantle terdiri dari:

– Litosfer
Lapisan litosfer meliputi kerak bumi hingga astenosfer dengan ketebalan mencapai 100 km. Lapisan ini relatif dingin sehingga memiliki batuan yang bersifat keras. Litosfer juga merupakan zona gempabumi, pembentukan pegunungan, gunung api dan continental drift.

bumi, geologi, sains, geografi


– Astenosfer
Kedalaman astenosfer berkisar 75 hingga 125 km. Astenosfer bersifat plastik dan lemah dengan densitas rendah. Karena bersifat plastik, astenosfer mengalir perlahan beberapa cm per tahun. Astenosfer terbentang dari dasar litosfer ke kedalaman sekitar 350 km. 1 hingga 2% astenosfer bersifat cair. Di bawah kerak samudera yang tipis, astenosfer biasanya lebih mendekati permukaan dasar laut yang menyebabkan terjadinya rifting atau spreading center dikarenakan aliran panas konveksi dari astenosfer (mantel).

Sedangkan lower mantle terbentang dari 660 hingga 2900 km di bawah permukaan bumi. Layer ini bersifat panas dan plastik. Akibat tekanan yang semakin besar menyebabkan formasi mineralnya berbeda dengan formasi mineral upper mantle.

bumi, geologi, sains, geografi

Inti Bumi (Core)

Inti bumi merupakan bagian bumi yang paling dalam dan terpanas. Core berbentuk bulat dengan radius 3470 km dan tersusun dari besi dan nikel. Inti bumi dibagi menjadi dua bagian, yaitu Inner Core (inti dalam) dan Outer Core (inti luar). Inner core bersifat padat dan memiliki densitas sekitar 13 gr/cm3 dengan radius 1220 km. Sedangkan outer core bersifat cair dan memiliki densitas 11 gr/cm3. Outer core mengelilingi inner core dengan ketebalan rata-rata 2250 km. Mendekati dengan pusat bumi, tekanannya 1 juta kali lebih besar dari atmosfer Bumi di permukaan laut dan suhunya mencapai 6000°C, yang setingkat dengan suhu pada permukaan matahari.


Distribusi

Kerak bumi yang terpecah menjadi beberapa bagian yang disebut lempeng. Panas naik dan turun di dalam mantel menciptakan arus konveksi yang dihasilkan oleh peluruhan radioaktif dalam inti. Arus konveksi memindahkan lempeng. Dimana arus konveksi menyimpang di dekat kerak bumi, lempeng bergerak terpisah. Dimana arus konveksi bertemu, lempeng bergerak terhadap satu sama lain. Pergerakan lempeng dan aktivitas di dalam bumi disebut lempeng tektonik, yang menyebabkan gempa bumi dan gunung berapi. Titik di mana dua lempeng bertemu disebut batas lempeng, gempa bumi dan gunung berapi yang paling mungkin terjadi adalah pada dekat batas lempeng ini.

Peta di bawah menunjukkan lempeng tektonik dunia dan distribusi gempa bumi dan gunung berapi.

bumi, geologi, sains, geografi, gempa bumi

Pada batas tensional atau konstruktif, lempeng bergerak menjauh. Lempeng bergerak terpisah karena arus konveksi di dalam bumi.

Lempeng bergerak terpisah (sangat lambat), magma naik dari mantel. Magma meletus ke permukaan Bumi. Hal ini juga disertai dengan gempa bumi. Ketika magma mencapai permukaan, mendingin dan membeku untuk membentuk kerak baru batuan beku. Proses ini diulang berkali-kali, selama jangka waktu yang panjang.
Akhirnya batu baru dibangun hingga membentuk gunung berapi. Batas konstruktif cenderung ditemukan di bawah laut, misalnya Mid Atlantic Ridge. Di sini, rantai gunung berapi bawah laut telah terbentuk di sepanjang batas lempeng. Salah satu gunung berapi ini dapat menjadi begitu besar sehingga meletus keluar dari laut untuk membentuk sebuah pulau vulkanik.
Diagram di bawah ini untuk melihat bagaimana magma mendorong naik antara dua lempeng, menyebabkan rantai gunung berapi di sepanjang batas lempeng.

bumi, geologi, sains, geografi, gunung api



Referensi:

Thompson, G.R dan Turk, J. “Introduction to Physical Geology”. Brooks Cole
http://www.physicalgeography.net/fundamentals/10h.html

Sumber:
http://www.bbc.co.uk/schools/gcsebitesize/geography/natural_hazards/tectonic_plates_rev1.shtml
http://seismicinterpreter.wordpress….internal-bumi/

Sejarah Garuda Pancasila

Mengisi liburan panjang dengan bermain game mungkin adalah hal yang biasa saja. Saya termasuk orang yang mengisi liburan dengan bermain game, baik Playstation atau game online. Salah satu game pilihan saya untuk  liburan ini adalah eRepublik (baca : Let’s Join eRepublik Indonesia). Kenapa?

eRepublik adalah web-based game. Jadi, tidak perlu download-download segala dan tidak memberatkan laptop saya yang sudah sekarat. Selain itu, game dengan genre MMO (Massively Multiplayer Online) ini juga memiliki fitur social network. Jadi, selain bermain bisa sekalian berteman.

Sekarang, saya memberikan bukti bahwa game itu tidak selamanya berdampak negatif. Saat bermain eRepublik, saya menemukan sebuah artikel yang ditulis oleh si petung(ID pemain tersebut) yang mengungkapkan sejarah Indonesia yang sebenarnya penting tapi mungkin tidak banyak yang tahu.

Tahun 1945, Panitia Indonesia Raya yang diketuai Ki Hajar Dewantara ditugaskan untuk menyelidiki arti lambang-lambang dalam peradaban bangsa Indonesia untuk mempersiapkan bahan kajian tentang lambang negara Indonesia. Lambang yang diambil oleh Ki Hajar Dewantara adalah Garuda yang merupakan kendaraan Dewa Wisnu dalam agama Hindu dan muncul di candi-candi di pulau Jawa.


Sayangnya, karena suasana politik yang tidak kondusif, maka panitia tersebut tidak bisa menyelesaikan tugasnya. Akhirnya, tahun 1950, Presiden Soekarno mengangkat Sultan Hamid II sebagai Menteri Negara dengan tugas utama merancang lambang negara.

Sultan Hamid II membentuk panitia Lambang Negara yang diketuai M. Yamin dan beranggotakan Ki Hajar Dewantara, M.A. Pellaupessy, Moh. Natsir, dan R.M Ng. Poerbatjaraka. Hasilnya, ada dua rancangan gambar yang diajukan ke Pemerintah dan Parlemen untuk dibahas.

Karya M. Yamin yang diberi nama Aditya-Chandra




Karya M. Yamin ini ditolak karena dianggap terdapat unsur Jepang di dalamnya (sinar matahari terbit).

Karya Sultan Hamid II diberi nama Garuda


Akhirnya karya Sultan Hamid II dengan figur utama Garuda (masukan dari Ki Hajar Dewantara) dan perisai yang melambangkan Pancasila (terinspirasi oleh Soekarno) diterima. Namun, karya ini dikritisi oleh Moh. Natsir karena menggunakan figur Garuda yang baginya adalah makhluk mitologi.

Atas kritik tersebut, akhirnya figur Garuda diubah, tapi namanya tidak. Diubah menjadi Burung elang rajawali atau dalam bahasa inggris ‘eagle hawk’. Burung pemangsa yang berasal dari famili Acciptridae, keduanya sama-sama elang (eagle) tapi yang lebih kecil disebut rajawali (hawk).

Rancangan baru ini kemudian diajukan pada 10 Februari 1950 dan diresmikan keesokan harinya oleh Soekarno dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat. Lambang tersebut kembali dikritisi oleh Soekarno untuk diperbaiki ; diantaranya kepala yang bondol karena mirip dengan lambang negara AS, bentuk cakar dan lain-lain.


Sultan Hamid II kembali melakukan perbaikan, yang dominan adalah perbaikan di bagian kepala yang menimbulkan beberapa teori terkait inspirasi yang digunakan. Ada yang mengatakan berasal dari figur Garuda yang diambil kembali setelah ditinggalkan, ada pula yang mengatakan berasal dari burung Elang Jawa yang memiliki jambul. Dan ada pula yang beranggapan bagian kepala diambil dari burung lambang kerajaan Sintang, Kalimantan Barat (Sultan Hamid berasal dari Kalimantan Barat).

Pada akhirnya, pada 17 Oktober 1951 diresmikanlah bentuk lambang negara Republik Indonesia seperti yang kita kenal saat ini dengan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara. Dalam peraturan tersebut dikatakan lambang negara Republik Indonesia terdiri atas, Burung Garuda yang menoleh ke kanan, Perisai (berisi lambang Pancasila) di dadanya, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang tertulis pada pita yang dicengkram Burung Garuda.



Figur lambang negara Indonesia adalah burung elang sedangkan namanya adalah Burung Garuda.

Garuda Riders

Pernah nggak terbayang tentang sebuah kisah yang merupakan kelanjutan dari epik kuno Ramayana namun ditulis dengan gaya yang lebih modern dan anak muda banget. Memang sih, kisah epik Ramayana tidak pernah memiliki kelanjutan. Hampir semua versinya menceritakan bahwa Sri Rama berhasil menyelamatan istrinya, Dewi Sita dari raja raksasa, Rahwana dengan bantuan Hanoman dan pasukan manusia kera (wanara).

Oke, anggaplah kisah itu sudah berakhir dengan demikian. Tapi, bagaimana kalau 1000 tahun setelah pertempuran besar itu. Tiba-tiba hal yang luar biasa terjadi, terlahir seorang anak yang memiliki darah Sri Rama, Rahwana dan Hanuman.

Yaps, itulah yang mendasari sebuah novel fiksi fantasi berjudul The Adventure of Wanara : Garuda Riders. Novel ini adalah bagian pertama dari The Adventure of Wanara Trilogy.


Bercerita tentang seorang wanara kera bernama Naradja yang memiliki darah Sri Rama, Rahwana dan Hanuman dalam dirinya. Kakek dan nenek dari ibunya merupakan keturunan Sri Rama dan Rahwana, sementara ayahnya sendiri merupakan keturunan dari Hanuman.

Naradja harus hidup terasing selama belasan tahun karena kedua orangtuanya harus menyembunyikan identitas mereka agar tidak diketahui oleh siapapun. Hingga suatu ketika, seorang marsekal Badawang, pemimpin Angkatan Udara Ayodhya, menemukan bakat Naradja dalam menjinakan seekor Garuda.

Tampaknya, bakatnya itu didapatkan dari sang kakek, Bimata yang dulunya merupakan mantan panglima pasukan elit Raksasaghna. Raksasaghna sendiri merupakan sebuah aliansi bawah tanah yang ingin memusnahkan semua ras asura beserta keturunannya. Sayang sekali, Bimata yang seorang manusia jatuh cinta kepada seorang keturunan ras asura bernama Dewi Locita. Maka, dia pun ikut diincar oleh pasukan Raksasaghna.

Naradja sebenarnya sangat berbakat, saat berlatih Kundala Vedi dan menciptakan Astra Panah Pasopati, dia melakukannya dengan sangat baik. Sayangnya, karena kehilangan fokus, dia malah menghancurkan ruang latihan.

Ketika akan mengambil telur garuda yang nantinya akan menjadi kendaraan masing-masing taruna Angkatan Udara. Naradja sebenarnya hampir mendapatkan telur yang sangat baik, tapi dia tidak tega melihat induk garuda tersebut kehilangan kedua telurnya. Karena yang satu sudah diambil oleh Laksmi.

Saat jatuh dari tebing, Naradja menemukan sebuah telur berlumuran lumpur yang bahkan tidak dihiraukan oleh induknya. Maka, dia pun mengambilnya karena kasihan. Namun, telur itu sangat lama menetas dan hampir membuat Naradja kecewa. Saat sudah menetas dan tumbuh pun, garuda itu sangat lemah namun dia sangatlah setia dan diberinama Gagani.


Inti cerita dari novel Garuda Riders adalah petualangan Naradja bersama sahabatnya di Angkatan Udara yaitu Laksmi, Baning, Malore dan Lembu Kendil untuk mencari dan menemukan Keris Hasta Brata (8 sifat/elemen kepemimpinan).

Untuk mengumpulkan kedelapan elemen tersebut, mereka harus mencarinya di semua negara. Termasuk di negara yang memiliki penjagaan ketat. Untunglah mereka semua memiliki garuda yang bisa mempermudah mereka melakukan perjalanan tersebut.

Perjalanan mereka mulai dari menyelam di dasar samudra, mencari di dataran tinggi hingga masuk ke tengah hutan yang lebat. Hingga berakhir di Candi Suci Maliawan.

Disanalah Naradja bertemu dengan Katunara, salah seorang anggota Raksasaghna. Dialah yang memberikan elemen kedelapan kepada Naradja, sehingga keris Hasta Brata menjadi lengkap. Sayangnya, keris tersebut sama sekali tidak melukai Katunara.

Naradja pun memanggil Gagani untuk membantunya melawan Katunara. Sayangnya, Katunara berhasil membunuh dan membuat Gagani menjadi abu dengan keris Ulo Geni miliknya. Diakhir cerita, Naradja dibantu oleh kawan-kawannya berhasil mengalahkan Katunara, dan Naradja dengan bengisnya menikam dan memenggal kepada Katunara.

Sejak saat itulah, sebelah mata Naradja menyala merah. Diakhir cerita Garuda Riders, Naradja memilih kembali ke Maripada untuk menemui kedua orangtuanya sebentar.

Nah, lalu bagaimanakah lanjutan cerita di buku kedua yang berjudul Rise of Asura? Apa yang akan terjadi pada Naradja? Yuk nantikan bareng-bareng.

WHO : Flu Burung jenis baru salah satu Virus paling mematikan telah muncul di China


WHO : Flu Burung jenis baru H7N9 salah satu Virus paling mematikan telah muncul di China
Credit: REUTERS/William Hong

Pakar influenza Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Keiji Fukuda, mengatakan flu burung H7N9 adalah ” salah satu virus influenza yang paling mematikan yang telah kita lihat “dan disebut virus “luar biasa berbahaya.”

Kasus manusia yang terjangkit virus flu burung H7N9 dilaporkan di Cina, pada tengah malam tanggal 25 April, ada total 112 kasus yang dikonfirmasi, termasuk 23 kematian dan 15 yang telah sepenuhnya pulih.


Sebuah kasus pertama dilaporkan di Taiwan pada 24 April. Virus ini sekitar sembilan kali lebih mematikan dibandingkan dengan Flu Spanyol tahun 1918, yang menewaskan 50 juta orang. Dikhawatirkan virus H7N9 tampaknya menyebar dari unggas ke manusia lebih mudah daripada flu burung H5N1, yang telah menewaskan 360 orang dalam satu dekade terakhir.


Virus ini bisa lebih berbahaya jika menyesuaikan diri dan menyebar dengan mudah antara manusia, dan bahkan lebih buruk lagi jika virus ini dapat menyebar melalui udara.

Virus ini memiliki mutasi yang membuatnya menginfeksi manusia, menurut ahli virus lainnya yang mengatakan    bahwa “virus ini benar-benar tidak terlihat seperti virus burung lagi, sepertinya satu mamalia.”


vaksin untuk melawan virus ini tersedia setidaknya enam minggu lagi, menurut US News & World Report. Kemudian, itu akan perlu diuji pada hewan sebelum bisa mencobanya pada manusia.

Generasi Intelektual Profetik Proyek Percontohan Kebangkitan Bangsa


Intelektual profetik adalah sebuah akronim. Pengabungan dari dua kata yang di serap dari bahasa inggris yakni kata intelectual (orang pandai, teknokrat, moralis) dan Prophet (nabi) dan diindonesiakan dengan intelektual profetik yang berarti orang pandai atau ilmuwan dan kenabian.

Namun itu hanya arti secara harfiah, dan arti sebenarnya yang di maksud di sini bukanlah seperti itu. Kusumaatmaja mengartikan intelektual profetik sebagai intelektual yang mampu menyelaraskan antar hasil penalaran akal dengan hasil penalaran wahyu. Dalam paradigma gerakan yang di susun oleh tim dari sebuah organisasi kepemudaan yakni KAMMI dikatakan bahwa intelektual profetik ialah sosok ilmuwan yang meletakkan dasar keimanan sebagai ruh atas penalaran akal dan penalaran wahyu.

Dengan kata lain sosok yang tercermin dalam seorang yang memposisikan diri sebagai intelektual profetik adalah dua karakter kepribadian yakni sosok intelektual yaitu sosok yang memiliki analisis keilmuan yang mapan, teknokrat dan moralis. Serta didalamnya ada sosok yang mencirikan kenabian. Dengan kata lain seorang yang memiliki konsep agama dalam menjalani kehidupannya. Segala sudut pandangnya terhadap persoalan dunia selalu berdasarkan pada ajaran nabi yakni wahyu tuhannnya atau perkataan serta perbuatan yang dicontohkan oleh nabinya. Dan sosok intelektual profetik adalah penggabungan dari karakter dua sosok tadi. Karakter individu yang dapat membedakan di mana batas akal yang tidak dapat diselesaikan oleh nalar dan kemampuan pengetahuan maka secara subtansial harus di kembalikan kepada esensi dasar ketuhanan bahwa alam semesta dan apapun yang terjadi di alam ini tidak lepas dari kontrol tuhannya sehingga mendorong ia selau bergerak dalam koridor tuhannya.

Konsep intelektual profetik adalah prototipe individu yang seharusnya menjadi sosok generasi manusia. Karena tiap karakter yang terbentuk berdasarkan pemahaman ilmu yang seimbang antara akal dan dan analisa pemikiran dengan konsep penalaran wahyu akan menghasilkan ilmuwan yang sanggup menjelaskan keterkaitan alam berdasarkan penalaran akal dengan analisa konsep ketuhanan sebagai landasan akidah yang membuat manusia tidak lupa akan kodratnya sebagai makhluk.

Keterkaitan antara aspek akal dan wahyu sangatlah penting. Hal ini di karenakan pada satu titik nadhirnya akal tidak akan dapat memecahkan seluk beluk alam ini dikarenakan keterbatasan manusia akan kemampuannya. Sehingga kesadaran akan konsep ketuhanan sangatlah berperan penting sehingga manusia dengan keterbatasan akalnya akan dapat mengelola akalnya sendiri sehingga tidak kehilangan akalnya atau gila karena sudah berada pada tahap kritis batas akhir dari kemampuan otak untuk mengolah segala konsep akal. Dan hal inilah yang menjelaskan bahwa sebenarnya manusia ini fana dan di butuhkan kekuatan kekal yang ghaib (di luar nalar akal) untuk mengotrol alam ini.

Intelektual profetik adalah ungkapan yang memiliki makna yang cukup dalam dan luas. Konsep intelektual profetik mencerminkan sebuah generasi yang hidup berdasarkan ilmu pengetahuan yang logis namun memiliki kesadaran yang tinggi akan aspek ghaib yang akan menghasilkan kualitas hidup yang harmoni, generasi cerdas yang sadar tidak semua beban harus dipikul sendiri. Sebuah kesadaran berarti bahwa akan tetap ada tempat berharap, mengantungkan diri dan menaruh semua beban. Ada konsep tentang ketuhanan sebagai rabb pemilik semesta alam dan tempat manusia mengantungkan dan menaruh harapannya. Tepatnya menjawab pertanyaan kepada siapa manusia harus berharap. Pemikiran seperti ini akan melahirkan generasi tangguh yang jauh dari sikap putus asa.

Sekilas konsep ketuhanan sekarang sudah menjadi sebuah pemikiran yang tidak terbantahkan. Tentang teori keagamaan bahwa tuhan itu ada dan manusia butuh kepada tuhannya. Dapat di ambil pelajaran ketika pasukan Rusia ketika masih Uni Soviet dengan sosialisme dan komunismenya menolak kehadiran tuhan dengan kata lain mereka bentuk lain dari ateisme. Para pasukan menolak bertempur karena tujuan mereka bertempur untuk mendapat kehidupan yang layak, sedangkan perang hanya akan membawa mereka kepada kematian. Dan pada akhirnya juga sistem tersebut hancur dan uni soviet runtuh.

Bukti esensi dasar manusia membutuhkan tempat bersandar yang mampu memberikan ketenangan yang tidak dapat di berikan oleh manusia. Dan dengan teknologi yang ada saat ini manusia semakin banyak melakukan penemuan yang mengarah kepada konsep keradaan tuhan itu nyata hanya saja ghaib bagi manusia. Banyak bukti sejarah yang ditemukan oleh manusia baik sejarah, ilmu terapan mengarah kepada kebenaran konsepsi nalar wahyu tentang tuhan. Begitu banyak peristiwa zaman dulu baru terungkap sekarang dengan keberadaan tenologi dan penemuan alam yang luar biasa yang sudah lebih dulu dikabarkan dalam Al-Quran, kitab suci umat Islam yang turunnya jauh sebelum manusia menemukannya. Jauh sebelum kemampuan teknologi mendukung seperti sekarang dan pada zaman tersebut konsep tentang keimananlah yang membuat mereka percaya dan terhindar dari beban pikiran yang tidak sanggup mereka tanggung.

Dalam sejarah kenabian Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beliau memberitakan tentang Isra’ Mi’raj namun banyak yang tidak percaya. Dan dengan konsep keimananlah Abu Bakar salah satu sahabat beliau dapat membenarkan dan akhirnya diikuti oleh yang lain bahwa mereka mendapat perintah shalat langsung dari langit dengan masa waktu satu malam. Tidak ada teknologi yang membuat orang percaya waktu itu. Dan dengan teknologi sekarang orang dapat membuat wahana berkecepatan berkali lipat dari kecepatan cahaya maka tidak ada alasan untuk tidak membenarkan peristiwa tersebut dan ini kembali menegaskan tentang konsep ketuhanan. Perkirakan saja kecepatan cahaya per detiknya berapa. Jarak matahari ke bumi saja di tempuh cahaya dalam waktu delapan menit.
Ketika manusia bisa menganalisa segala kekuasaan tuhan. Mampu membaca apa yang disebut dengan ayat-ayat kauniyah sebagai bukti adanya tuhan. Maka akan ada keinginan lain untuk mengungkap seluruh rahasia alam dan dengan ilham dari Allah Ta’ala maka akan lebih banyak lagi ayat kauniyah yang mampu kita baca dan bertambahlah keyakinan akan keberadaan tuhan.

Dengan kesadaran seperti itu maka seseorang akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan akan berusaha untuk menggunakan ilmunya itu sesuai dengan koridor dari tuhannya. Akan muncul generasi-generasi yang akan berkerja sesuai dengan perintah dari tuhannya. Dan secara otomatis akan meninggalkan larangan tuhannya. Dan ketika itu terwujud maka terbentuklah kehidupan di mana kita akan hidup di dunia yang semua orang melakukan apa yang di sebut Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Kehidupan harmonis sesuai dengan cita-cita dari manusia.

Salah satu dari penyebab ketimpangan alam adalah ketidakpercayaan lagi pada konsep wahyu dari tuhan. Penolakan terhadap konsep ketuhanan berlangsung dengan masif dan memerlukan pencegahan. Berbagai kerusakan alam karena kemajuan teknologi dalam pemenuhan kebutuhan manusia dan terbentuknya jurang pemisah antara si miskin dikarenakan sistem pasar dan ekonomi sekarang merupakan efek dari pengejawantahan aspek ketuhanan yang dihilangkan pengaruhnya. Manusia sengaja menghilangkan aspek ketuhanan agar konsep tersebut tidak dapat menahannya dari berbuat hal yang merusak harmoni alam. Dan sebagian dari manusia lainnya tidak mampu untuk mengsinkronkan antara konsep nalar akal dan konsep nalar wahyu. Dan hal tersebut bisa terjadi dikarenakan pengejawantahan tentang pemisahan antara aspek kehidupan dengan aspek religius atau aspek ketuhanan sudah lama dibiarkan. Hal tersebutlah yang membuahkan ketimpangan dalam hidup ummat manusia tanpa mereka sadari.

Seorang ilmuwan terkenal penemu reaksi fusi yang sangat penting untuk proses pengolahan nuklir Albert Einstein pernah mengatakan, “Agama tanpa pengetahuan itu pincang, sedangkan pengetahuan tanpa agama itu buta”. Maka dapat diartikan jika seseorang memiliki konsep tentang nalar wahyu dengan landasan keimanan maka itu tidak terlalu buruk efeknya dan manusia masih dapat bertahan dengan apa adanya. Sedangkan penalaran akal tanpa tanpa dibarengi pemahaman konsep wahyu dan keimanan akan sangat berefek buruk. Hal itu ketika manusia terlena dengan kemajuan tanpa dibarengi landasan tanpa dilandasi dengan keimanan maka keserakahan tanpa memperhatikan keseimbanganlah yang akan terjadi. Karena keserakahan dan nafsu adalah fitrah sifat dasar manusia. Dan perlu dicatat Einstein mengatakan hal tersebut ketika ia menemukan bahwa partikel atom bergerak seimbang tanpa saling bertubrukan dan ia berpikir hal ini bukan sebuah kebetulan, harus ada yang mengaturnya. Ia membayangkan di perlukan rekayasa untuk membuat atom bertubrukan dan efeknya itu sangat dahsyat reaksi fusi sulit dihentikan. Siapa yang lupa bom atom yang meluluhkan kota Nagasaki dan Hiroshima. Ini sangat menegaskan bahwa konsep ketuhanan itu ada dan sangat penting untuk menguasai konsep penalaran wahyu agar ada keseimbangan dengan penalaran akal. Namun umat manusia sudah terlanjur membedakan antara konsep nalar akal dan nalar wahyu sehingga terlalu jauh tersesat dalam paradigma yang salah. Padahal antara keduanya itu berkaitan sangat erat.

Konsepsi nalar wahyu adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Hal itu dibuktikan selama manusia mempercayai apa yang disebut dengan masa depan dan harapan. Itu juga dikarenakan harapan dan masa depan itu merupakan hal yang ghaib (belum jelas kejadiannya). Belum tentu akan terjadi dan akan kita nikmati. Bisa saja kita mati besok harinya dan harapan hanya menjadi sekedar harapan dan tidak terwujud. Namun pada kenyataannya manusia percaya akan hal tersebut. Dan ini merupakan *sifat dasar juga dari manusia yang akan selalu membutuhkan tempat untuk berharap.*

Kesuksesan seorang trainer indonesia yang juga pengusaha Ari Ginanjar Agustian dengan konsep ESQ-nya merupakan sebuah kenyataan bahwa manusia butuh akan tempat untuk besandar. Dalam bukunya yang meraih best seller banyak membahas tentang konsep percaya akan kemampuan diri dan bantuan dari tuhan. Konsep Bismillah yang diejawantahkan olehnya itu mampu merubah cara pandang, hidup, serta motivasi hidup seseorang. Konsep Bismillah itu sendiri merupakan sebuah konsep yang berasal dari Al-Qur’an. Yakni kitab suci umat islam. Dan dengan arti dari bismillah itu sendiri yaitu dengan nama Allah. Dengan kata lain sama dengan menyebut dengan nama tuhannya bagi ummat Islam. Perlu diketahui bahwa bagi umat islam hanya ada satu tuhan yaitu Allah Ta’ala dan tiada sekutu baginya. Dialah tempat meminta dan tempat memohon petolongan.

Hal tersebut menegaskan bahwa konsep intelektual profetik merupak konsep yang ideal bagi generasi yang merindukan perubahan. Konsep gerakan intelektal profetik seperti yang dideklarasikan oleh KAMMI atau Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, salah satu organisasi yang menaungi mahasiswa muslim tersebut merupakan suatu hal yang mesti bagi generasi yang gandrung akan keadilan dan menginginkan perubahan. Dan perlu ditegaskan konsep intelektual profetik bukanlah sebuah omong kosong belaka. Konsep intelektual profetik merupakan konsep pemikiran cerdas yang pantas disandangkan sebagai prototipe karakter yang bisa diadopsi sebagai konsep jati diri setiap manusia. Sebuah konsep yang bisa menjadi pilot project (proyek percontohan) bagi generasi penerus bangsa dalam menentukan identitas diri.

Ide penggabungan antara penalaran akal dengan penalaran wahyu merupakan ide yang sangat brilian. Ide luar biasa untuk keluar dari krisis ketimpangan alam. Suatu pemikiran tentang munculnya komunitas-komunitas dengan kapasitas keilmuwan yang mapan serta menguasai konsep penalaran wahyu yang akan menjadi penyeimbang kehidupan dan harmoni alam dari penafsiran nalar wahyu semata. Konsep gerakan intelektual profetik merupakan konsep yang harus dibudayakan agar muncul banyak individu-individu yang merupakan pionir perubahan ke depan. Dan dari individu-individu tersebut terbentuklah komunitas intelektual profetik. Yang pada tahap perkembangannya akan membentuk sebuah tatanan masyarakat cerdas. Tatanan masyarakat yang terdiri dari komunitas para intelektual profetik. Dan pada tahap puncaknya maka kejayaan gilang gemilang akan dicapai. Di mana sebuah tatanan dunia baru yang bebas dari ketimpangan dan konflik akan terbentuk.

Konsep intelektual profetik adalah adalah solusi atas permasalahan umat manusia pada saat ini. Dan pembudayaan terhadap pembentukan karakter intelektual profetik adalah sebuah proses percepatan menuju sebuah kejayaan. Dan sudah saatnya budaya konsumtif, korupsi, dan perbuatan lainnya ditinggalkan dan beralih kepada kebudayaan baru. Sebuah kebudayaan yang akan membawa indonesia kepada gerbang kemerdekaan yang sesungguhnya pada khususnya dan umat manusia secara umum.

Mahasiswa Indonesia Pecahkan Rekor Studi Tercepat



Putra Indonesia kembali mencatatkan prestasi mengagumkan. Purba Purnama, mahasiswa program kombinasi master-doktor University of Science and Technology di Korea Selatan menyelesaikan program studi master dan doktor sekaligus dalam waktu 3.5 tahun yang lazimnya diselesaikan dalam waktu 5 tahun.
Dalam wisuda di International Cooperation Building, Korea Institute of Science and Technology (KIST), Seoul, baru-baru ini, Purba juga mendapat penghargaan “Academic Excellence Award” dari KIST. Purba lulus dari bidang biopolimer. Demikian keterangan pengurus Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4).

Pemegang beasiswa International R&D Academy dari KIST, Korea Selatan, ini pernah terlibat dalam berbagai organisasi. Purba menjadi kepala klaster Inovasi dan Teknologi I-4, pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia di Korea (Perpika) dan juga aktif dalam kegiatan bersama Pioneers for Advancement of Technology in Asia-Africa (PATA) di Korea Selatan.

Purba menjelaskan, saat tiba di Korea, pembimbingnya bilang ia boleh lulus kapan pun mau jika memiliki banyak publikasi di jurnal internasional. Menurut Purba, aturan normal program kombinasi master-doktor adalah empat tahun. “Dari sini saya bertekad untuk memecahkan aturan itu dengan lulus lebih cepat dari waktu minimum 4 tahun. Alhamdulillah saya bisa memecahkan rekor studi tercepat untuk program kombinasi master-doktor sekaligus dalam waktu 3.5 tahun,” ujarnya.

Selama studi, Purba sudah berhasil mempublikasikan penelitiannya di jurnal-jurnal internasional. Purba memiliki tujuh publikasi di jurnal-jurnal internasional bidang polymer, dua Korean Patent dan satu US patent.

Presiden KIST menyatakan, Purba seringkali mendapat penghargaan dari KIST maupun UST atas prestasi-prestasi yang diraihnya. Sebelum diwisuda, Purba disodori proposal untuk melanjutkan jenjang post-doctoral di Laboratorium Biomaterial Research Center, KIST, untuk melanjutkan penelitiannya.

Sumber: http://www.metrotvnews.com/

Pengetahuan dan Filsafat

Pengetahuan tentang Filsafat

Pada tahun 1845, J.F. Ferrier menetapkan dua cabang filsafat, yaitu ontologi dan epistemologi. Yang pertama mengkaji wujud, hakikat dan metafisika, sedangkan yang kedua mengkaji secara sistematik sifat, sumber dan validitas pengetahuan. Dengan kata lain, secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika ontologi mengkaji sesuatu, maka epistemologi mengulas cara pengkajiannya. Menurut Mulyadhi Kartanegara, ada dua pertanyaan yang tak pernah bisa dilepaskan dari epistemologi, yaitu: (1) apa yang dapat diketahui, dan (2) bagaimana mengetahuinya.

Mungkin banyak orang yang tidak percaya bahwa dalam perdebatan dalam kajian filsafat mengenai apa yang dapat diketahui manusia (atau apakah manusia bisa mengetahui) begitu seru dan telah melahirkan begitu banyak teori. Kalau mau berpikir sederhana, tentu saja manusia bisa mengetahui. Selain akal menjadi kehilangan makna, kita pun akan mulai mempertanyakan segala hal yang sudah kita ketahui dan maknai, terutama sekali hakikat diri dan hidup kita ini.
Jika mempertanyakan mengenai hal-hal yang bisa diketahui manusia, tentu kita membicarakan masalah kebenaran, karena pengetahuan manusia memang tujuannya untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Orang yang tak bisa membedakan antara pedal rem dan pedal gas tidak bisa dikatakan memiliki pengetahuan tentang kendaraan. Begitu juga orang yang tak tahu cara menggunakan stetoskop tentu sulit untuk bisa dipercaya sebagai dokter. Oleh karena itu, tema “kebenaran” menjadi isu yang sangat sentral dalam filsafat. Apa itu kebenaran? Bagaimana menentukan kebenaran? Semua pertanyaan berkembang, tapi pangkalnya adalah: apakah kebenaran itu ada?

Socrates, Plato dan Aristoteles, misalnya, yang mewakili arus pemikiran Yunani kuno, juga telah berbenturan dengan masalah kebenaran ini. Kalau kebenaran itu mutlak, dan semua orang mengetahuinya, tentu tak ada manusia yang berdebat. Pada kenyataannya, perdebatan manusia itu sama tuanya dengan usia peradaban manusia. Berdebat sekuat apa pun, seilmiah apa pun, akan ada saja perbedaan pendapat. Kebanyakan debat malah hanya menghasilkan ‘kesepakatan untuk tidak sepakat’. Oleh karena itu, ketiga tokoh ini berpendapat bahwa kebenaran itu ada yang relatif, namun mereka juga tak menampik adanya kebenaran yang berlaku umum secara mutlak.

Protagoras yang mewakili kaum Sophist memiliki pemikiran yang lain lagi. Pemikir yang satu ini termasyhur karena kata-katanya: “Man is the measure of all things.” (manusia adalah ukuran bagi segala sesuatunya). Dengan kata-kata ini, Protagoras hendak mengatakan bahwa ukuran bagi kebenaran adalah manusia itu sendiri. Artinya, manusia tak perlu lagi ‘mencari’ kebenaran, karena sebenarnya manusia itulah yang menentukan kebenarannya sendiri.

Pemikiran kaum Sophist masih dianut orang hingga kini dan melahirkan arus pemikiran yang disebut “relativisme”. Dalam pola pikir yang relativistik ini, semua kebenaran dianggap relatif tanpa kecuali. Karena kebenaran ditentukan oleh manusia, dan yang dimaksud “manusia” adalah seluruh spesies Homo Sapiens tanpa kecuali, maka kebenaran menjadi ‘hak privat’ dari masing-masing individu, dan sifatnya menjadi relatif seluruhnya.

Kaum beragama yang coba-coba bersikap relativistik berusaha keras mencarikan pembenarannya, kalau perlu dari kitab sucinya masing-masing. Tembok tinggi yang menghadang mereka adalah klaim kebenaran dari agamanya sendiri. Setiap agama mengaku sebagai yang paling benar. Bagaimana menyelaraskannya dengan prinsip relativisme? Untuk itulah dibangun konsep pluralisme dengan berbagai variannya. Kebenaran mutlak itu ada, hanya saja yang dipahami oleh manusia (dan agamanya masing-masing) adalah kebenaran-kebenaran yang sifatnya relatif. Wahyu Tuhan itu adalah kebenaran mutlak, namun dipahami oleh akal manusia secara terbatas, dan karenanya, pemahaman manusia akan senantiasa bersifat relatif. Mereka pun menarik garis tegas antara “agama” dan “pemahaman agama”. Ironisnya, semuanya mereka masukkan dalam kategori yang kedua, sehingga yang pertama menjadi benda abstrak yang tak pernah dikenal orang.

Relativisme juga telah ‘memakan korban’ yang lain. John Milton, misalnya, pernah berseteru dengan pemerintah negerinya sendiri lantaran sebuah brosur buatannya yang dianggap terlalu provokatif. Menurut Milton, isi brosurnya adalah semata-mata pendapatnya pribadi, sedangkan pendapat individu yang berbeda-beda adalah modal bagi kesatuan bangsa. Untuk menggali kebenaran, harus dengan merujuk pada pendapat banyak orang, bukan segelintir orang. Milton pun menjelaskan bahwa yang akan menentukan kebenaran adalah pendapat mayoritas. Namun meski mayoritas telah bersuara, masing-masing individu dibebaskan untuk menemukan kebenarannya sendiri-sendiri. Akan tetapi, Milton juga percaya bahwa jika fakta-fakta dibiarkan telanjang, maka kebenaran akan mengalahkan kebatilan dalam sebuah kompetisi terbuka. Tentu saja, dilema John Milton ini membuat kita bertanya-tanya; apakah kebenaran itu ditentukan oleh pendapat individu, pendapat mayoritas, atau hanya bisa ditemukan dari sebuah kompetisi terbuka? Perlu diberi catatan di sini bahwa pilihan terakhir yang melibatkan kompetisi terbuka pada hakikatnya sama saja dengan mengatakan bahwa kebenaran mutlak itu tidak ada, karena sebenarnya kompetisi opini itu selalu terbuka. Dengan demikian, kebenaran pun tak pernah selesai dirumuskan.

Kebingungan yang dihasilkan oleh ideologi relativisme ini kemudian melahirkan pola pikir skeptisisme yang meragukan kebenaran dan membenarkan keraguan. Bagi mereka, keraguan adalah hal yang wajar muncul di awal setiap kajian, dan keraguan identik dengan sikap kritis. Oleh karena itu, orang-orang yang begitu yakin pada sesuatu hal (termasuk iman pada agamanya sendiri) akan dianggap jumud, tidak kritis, tidak progresif, tidak kreatif dan tidak intelek. Sebaliknya, mereka yang senantiasa ragu justru dianggap cerdas dan ilmiah. Begitu hebatnya pengaruh skeptisisme ini sehingga ada seorang profesor terkenal di Barat yang selalu mengawali jawabannya dengan kata-kata “I don’t know”. Tentu saja, situasi menjadi canggung ketika seorang cendekiawan Muslim menghampirinya dan berkata, “So what DO you know, professor?”.

Di jaman edan ini, modern saja tidak cukup. Maka manusia pun mulai meninggalkan modernisme dan mengusung aliran pemikiran baru yang disebutnya post-modernisme. Kaum ‘posmo’ ini melangkah lebih jauh dari skeptisisme, yang sebenarnya masih mengakui adanya kebenaran, namun selalu meragukan pengetahuan manusia akan kebenaran itu. Menurut aliran post-modernisme ini, kebenaran itu tidak ada, sebagaimana kebatilan itu pun tidak ada. Oleh karena itu, pembicaraan tentang kebenaran menjadi suatu hal yang tidak relevan di Barat sekarang ini. Mereka yang membicarakan soal kebenaran akan dianggap ‘sok suci’ dan semacamnya. Kalau berani bicara kebenaran, pasti akan dituduh menebar klaim kebenaran. Tidak boleh ada yang merasa benar, karena hal yang demikian itu dianggap tidak toleran. Kebenaran itu sendiri terlalu diskriminatif, karena mendiskriminasi hal-hal yang disebut sebagai “kebatilan”. Mungkin karena kekhawatiran yang sangat besar akan sikap diskriminatif inilah maka seorang pentolan Islam liberal di Indonesia menyatakan keinginannya untuk ‘menyerap energi kesalehan dan energi kemaksiatan sekaligus’. Tak ada yang ingin dimasukkan dalam kelompok ‘kebatilan’; semuanya ingin dianggap benar. Karena semuanya ingin disebut benar, maka istilah “kebenaran” itu menjadi tak bermakna lagi.

Bagi seorang Muslim, masalah tentang adanya kebenaran mutlak dan dimungkinkannya pengetahuan tentang kebenaran mutlak itu bagi manusia sudah terjawab tuntas. Jika kita membuka lembaran awal mushhaf, kita akan temukan sebuah ayat yang menuntun kita untuk memohon ditunjukkannya jalan yang lurus: ihdina ash-shiraath al-mustaqiim. Di lembaran berikutnya, kita akan langsung temukan jawaban Allah SWT: dzaalika al-kitaabu laa rayba fiihi, hudan li al-muttaqiin. Kebenaran atau jalan yang lurus itu ada. Kita memohon kepada Allah, karena sumber kebenaran itu adalah dari Allah. Maka Allah pun berkenan menurunkan Kitab Suci Al-Qur’an yang tiada diperdebatkan lagi kebenarannya. Yang kita mohonkan adalah pengetahuan untuk mengenali kebenaran, dan yang Allah turunkan adalah petunjuk untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Jadi, kebenaran itu ada, manusia dapat memahaminya, dan kebenaran itu bersumber dari Allah SWT. Jelas, sederhana dan masuk akal!